Selasa, 13 Oktober 2009

Lifetime Employment is dead (lanjutan - end)

Sebelumnya saya minta maaf, lama tidak melanjutkan tulisan saya ini. Saya mengalami writers block. Ide ada di kepala, tapi susah menuangkannya, termasuk sulit meluangkan waktu untuk menulis blog ini.

Saya coba lajutkan tulisan ini dengan membahas cara menghindari Lifetime employment dan agar terhindar dari efek negatifnya.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh kita selaku pengelola SDM antara lain:

1. Hindari memberikan benefit yang berbeda antara karyawan yang resign pada saat pensiun dan sebelum masa pensiun. Maksudnya jangan sampai ada aturan menjanjikan tambahan benefit baik berupa uang maupun yang non cash bagi yang memasuki usia pensiun. Misal: fasilitan kesehatan full bila pensiun normal dan tidak ada bila resign di tengah jalan, uang kesejahteraan tambahan bila pensiun dan tidak ada bila resign dll. Benefit yang dijanjikan agar disamakan saja, dengan pengaturan yag prorata/ proporsional dengan masa kerja akan dirasa cukup fair bagi karyawan.

2. Outsource-kan long term benefit, seperti asuransi, dana pensiun, fasilitas kesehatan (khususnya masa pensiun), tabungan hari tua dll ke badan lain diluar perusahaan. Apalagi perusahaan dengan skala yang tidak besar maka saya rasa tidak perlu membuat Dana Pensiun sendiri, Yayasan kesehatan sendiri. Hal ini akan mengurangi beban perusahaan untuk bertanggung jawab pada masa depan karyawan, sebaliknya akan memberikan tanggung jawab itu kepada karyawan itu sendiri.

3. Berlakukan Performance Management yang ketat, mengukur target performansi Individu secara berkala (triwulalan, tahunan) dan berdampak pada remunerasi, karir, reward dll. Sistem manajemen performansi yang ketat yang "mengejar" para individu, akan membuat para free rider tidak betah dan merasakan akibat yang pahit bila mereka tidak bekerja sebagaimana mestinya. Mudah2an para free rider ini bisa resign dengan hal ini, apalagi bila point 1 diatas telah mendukung.

4. Develop sistem reward dan consequences yang memadai dan "terasa" bagi para high performer dan poor performer. Anda bisa create reward & consequences ini dalam sub sistem manajemen karir atau remunerasi. Hal ini akan membantu perusahaan untuk mempertahankan yang Talent yang baik sekaligus mengurangi lemak & koresterol.

5. Ada baiknya juga perusahaan memberikan kebebasan bagi karyawan untuk menentukan sendiri ke perusahaan mana dia akan menaruh uang asuransi, DPLK, tabungan hari tua dll-nya. Memang agak ribet di sisi pengelola SDM, tapi lebih aman dari sisi tangggung jawab jangka panjang.


Sementara saya cukupkan sekian dulu. Kita akan sambung dengan topik yang lain. Salam SuksesBerkah.