Rabu, 10 November 2010

Work-Life Balance

Konsep WLB ini mengemuka di tahun 80-an, dengan asumsi bahwa karyawan akan meningkat kepuasan kerja dan produktivitasnya, manakalan dia mampu menemukan keseimbangan antara “kerja” (karir, ambisi, promosi, gaji dll) dan “personal life”nya (keluarga, kehidupan sosial, hobby, spiritual enhancement, olah raga dll).

Beberapa keuntungan mengimplementasikan WLB, antaralain:

  1. Mengurangi stress, absenteism dan biaya kesehatan
  2. Meningkatkan motivasi karyawan dan employee engagement
  3. Mengurangi biaya overhead kantor: listrik, sewa space, telekomunikasi, kendaraan dll
  4. Meningkatkan kualitas rekrut, retensi dan mengurangi turn over karyawan


Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam kerangkan implementasi Work Life Balance, antara lain:

1. Implementasi Flexitime,

Dimana karyawan diberikan keleluasaan mengatur jam masuk dan jam pulang, sepanjang tidak kurang dari 40 jam seminggu. Tentu saja flexi time ini tidak bisa diberikan kepada karyawan tertentu seperti Customer Service dll.

2. Implementasi Working from Home,

Dimana beberapa karyawan tertentu diberikan keleluasaan untuk bekerja dari rumah secara online dengan aturan online dan telekomunikasi tertentu.

3. Membangun Remote Office di lokasi mendekati tempat tinggal karyawan.

Biasanya karyawan tinggal di area suburb, dan biasanya si Suburb, sewa kantor malah lebih murah bukan ? Untuk implementasi ini Anda butuh fasilitas telekomunikasi yang handal disamping analisa lokasi karyawan, pelanggan dan supplier yang tepat.

Cara implementasinya tidak sulit, masukkan saja pengaturannya dalam Peraturan Perusahaan Anda. Terutama no 1 dan 2, tidak akan menimbulkan biaya besar bukan ?

So, HR Practioners, beranikah Anda mengimplementasikannya ?